Beranda | Artikel
Alangkah Nikmatnya Mereguk Air Telaga Rasul shallallahualaihiwasallam
Senin, 10 Oktober 2022

Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA

Khutbah Jum’at di Masjid Agung Purbalingga, 17 Ramadhan 1431 / 27 Agustus 2010

KHUTBAH PERTAMA:

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Jama’ah Jum’at rahimakumullah…

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’ala dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya; yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu’alaihiwasallam.

Jama’ah Jum’at yang semoga dimuliakan Allah…

Kejadian alam akhirat merupakan rentetan dari sekian peristiwa besar. Dimulai dari ditiupnya sangkakala pertama untuk membinasakan seluruh makhluk, dan diakhiri antara lain dengan disembelihnya kematian di suatu tempat antara surga dan neraka.

Imam al-Qurthuby menjelaskan, setelah para manusia dibangkitkan dari alam kubur, sebelum penghitungan amalan, dalam keadaan rasa dahaga yang luar biasa, mereka digiring ke arah telaga yang dimiliki oleh para nabi[1]. Namun ternyata sesampainya di sana tidak semua orang diberi karunia untuk minum air telaga tersebut. Siapakah gerangan mereka yang beruntung mereguk segarnya air telaga para nabi, dan siapa pulakah yang bernasib malang terkungkung dalam kehausan luar biasa akibat terusir dari telaga-telaga tersebut? Bagaimana pulakah sifat telaga Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam yang dikatakan sebagai telaga terbesar di antara telaga-telaga para nabi lainnya? Tema inilah yang insyaAllah akan kita kupas dalam khutbah jum’at pada kesempatan mulia kali ini.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang kami hormati…

Keyakinan akan adanya telaga di hari kiamat merupakan suatu akidah yang dilandasi hadits sahih bahkan mutawatir dan ijma’ para ulama. Imam as-Suyuthy menyebutkan bahwa hadits yang menceritakan adanya telaga di hari kiamat, telah diriwayatkan oleh lebih dari lima puluh sahabat Nabi shallallahu’alaihiwasallam.[2]

Telaga yang ada di padang mahsyar kelak jumlahnya bukanlah hanya satu saja, namun jumlahnya banyak sekali sebanyak para nabi yang Allah utus ke muka bumi. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا، وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً”.

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga. Dan mereka saling membanggakan siapakah yang telaganya paling banyak dikunjungi. Aku berharap telagakulah yang paling banyak pengunjungnya”. HR. Tirmidzi dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.

Telaga Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bermata air dari sebuah sungai di surga yang bernama sungai al-Kautsar.[3] Darinyalah gemercik air surga mengaliri telaga tersebut, melewati dua pancuran istimewa, yang pertama terbuat dari emas dan yang lainnya dari perak.

Beliau shallallahu’alaihiwasallam bercerita,

“يَغُتُّ فِيهِ مِيزَابَانِ يَمُدَّانِهِ مِنْ الْجَنَّةِ؛ أَحَدُهُمَا مِنْ ذَهَبٍ، وَالْآخَرُ مِنْ وَرِقٍ”.

“Air mengalir dengan deras ke dalamnya melalui dua pancuran dari surga. Salah satunya terbuat dari emas dan yang kedua dari perak”. HR. Muslim dari Tsauban.

Telaga Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam berbentuk bujur sangkar dan amat sangat besar luasnya. Beliau shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan,

“حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ, وَزَوَايَاهُ سَوَاءٌ”.

“Telagaku sepanjang perjalanan satu bulan. Ukuran seluruh sisinya sama”. HR. Muslim dari Abdullah bin ‘Amr.

Karena telaga Rasul shallallahu’alaihiwasallam paling banyak pengunjung yang akan mereguk airnya, maka gelas-gelas yang tersedia di sana pun amatlah banyak. Beliau shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,

“أَكْوَابُهُ مِثْلُ نُجُومِ السَّمَاء”.

“Gelas-gelas telagaku sebanyak bintang-bintang di langit”. HR. Ahmad dari Ibnu Umar dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim.

Siapakah yang akan melayani kita tatkala minum dari telaga tersebut? Yang melayani kita bukanlah sembarang orang, namun ia adalah orang paling mulia di muka bumi ini! Ya, dialah kekasih kita Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Beliau bersabda,

“أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ”.

“Aku akan mendahului kalian ke telaga dan melayani kalian”. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud.

Adapun mengenai sifat air yang ada dalam telaga tersebut, maka jauh lebih menakjubkan dari segala keterangan di atas. Bagaimana tidak, sedangkan air telaga Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, lebih dingin dari es dan lebih harum dibanding minyak misik. Barangsiapa meminum satu teguk darinya; maka ia tidak akan pernah merasa haus selamanya!

Adakah di muka bumi ini air yang memadukan keistimewaan-keistimewaan tersebut di atas? Susu yang kita minum bisa saja berwarna putih, namun ia berbau amis. Madu yang kita konsumsi memang manis, namun warnanya kurang menarik. Air es memang menyegarkan, namun ia tidak beraroma wangi. Dan adakah air di dunia ini, seajaib apapun, yang jika diminum seteguk, kita tidak akan merasakan dahaga selamanya??

Kaum muslimin dan muslimat yang kami muliakan…

Air telaga rasul shallallahu’alaihiwasallam menggabungkan antara warna, rasa, kesegaran dan aroma yang luar biasa!

Beliau shallallahu’alaihiwasallam menggambarkan sifat air telaganya,

“مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ، وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ … مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا”.

“Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih harum dibandingkan minyak misik … Barang siapa minum darinya; niscaya ia tidak akan pernah merasa dahaga selamanya!”. HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr.

Beliau juga menambahkan,

“أَبْرَدُ مِنْ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَل“.

“(Airnya) lebih dingin dari es dan lebih manis dari madu”. HR. Ahmad dan sanadnya dinilai hasan oleh al-Mundziry.[4]

Sidang jum’at yang kami cintai…

Begitulah sekelumit tentang telaga Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam di padang mahsyar… Alangkah bahagianya orang-orang yang diperkenankan untuk mencicipi air telaga tersebut, semoga kita termasuk golongan beruntung itu. Dan alangkah sedihnya orang yang terhalang untuk menikmatinya, semoga kita dihindarkan dari golongan yang amat malang itu…

Ya, ada di antara umat manusia yang tidak diberi kesempatan untuk mereguk telaga Rasul shallallahu’alaihiwasallam, padahal saat itu mereka berada dalam kondisi amat dahaga! Siapakah mereka yang bernasib begitu naas?

Mereka adalah orang-orang kafir, kaum munafikin, orang-orang Islam yang murtad dan juga para pelaku bid’ah![5]

Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,

“لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ … فَأَقُولُ: إِنَّهُمْ مِنِّي!. فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ! فَأَقُولُ: “سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي”.

“Akan datang ke (telaga)ku orang-orang yang kukenal dan mereka mengenaliku, namun kemudian mereka terhalang dariku”.

Akupun berkata, “Mereka adalah bagian dariku!”.

Dijawab, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah engkau (meninggal dunia)”.

Aku berkata, “Menjauhlah orang-orang yang mengubah-ubah (agamaku) sesudahku!”. HR. Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’d.

Setelah menukil berbagai pendapat para ulama mengenai siapakah yang dimaksud dengan orang yang terhalang untuk minum dari telaga Rasul shallallahu’alaihiwasallam, Imam an-Nawawy menutup keterangannya dengan menukil perkataan Imam Ibn Abdil Bar,

“كُلّ مَنْ أَحْدَث فِي الدِّين فَهُوَ مِنْ الْمَطْرُودِينَ عَنْ الْحَوْض، كَالْخَوَارِجِ، وَالرَّوَافِض، وَسَائِر أَصْحَاب الْأَهْوَاء. وَكَذَلِكَ الظَّلَمَة الْمُسْرِفُونَ فِي الْجَوْرِ، وَطَمْسِ الْحَقِّ، وَالْمُعْلِنُونَ بِالْكَبَائِرِ. وَكُلّ هَؤُلَاءِ يُخَاف عَلَيْهِمْ أَنْ يَكُونُوا مِمَّنْ عَنُوا بِهَذَا الْخَبَر. وَاللَّهُ أَعْلَم”.

“Setiap orang yang mengada-adakan hal baru dalam agama, mereka termasuk golongan yang terusir dari telaga. Semisal orang-orang Khawarij, Syi’ah dan segenap ahlul bid’ah. Begitu pula orang-orang zalim yang melampaui batas dalam ketidakadilan dan mengaburkan kebenaran, serta para pelaku dosa besar yang terang-terangan melakukannya di hadapan umum. Mereka semua dikhawatirkan termasuk orang-orang yang dimaksud hadits ini. Wallahu a’lam.[6]

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا, وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ للهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَالْأُوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الرَّسُوْلُ الْمُصْطَفَى وَالنَّبِيُّ الْمُجْتَبَى، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْأَصْفِيَاءِ، وَأَصْحَابِهِ الْأَتْقِيَاءِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَارَ عَلَى نَهْجِهِ وَاقْتَفَى.

Jama’ah Jum’at yang semoga senantiasa dirahmati Allah ta’ala…

Pemaparan singkat di atas memberikan pada kita berbagai pelajaran penting nan berharga. Di antaranya: betapa bahayanya beribadah dengan sesuatu yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.

Karena itulah, wahai kaum muslimin dan muslimat, seorang muslim dituntut untuk bersikap cerdas dalam menerima segala sesuatu, apalagi yang berkenaan dengan masalah agama. Beribadah kepada Allah bukanlah dengan cara mengikuti tradisi yang umum di masyarakat atau dengan mempertahankan warisan nenek moyang. Namun seharusnya beribadah itu sesuai dengan aturan yang diajarkan panutan kita, nabi besar Muhammad shallallahu’alaihiwasallam.

Bersikap kritislah tatkala disodori suatu amalan! Tanyakanlah dalil yang melandasinya dari al-Qur’an maupun hadits Rasul shallallahu’alaihiwasallam. Kalaupun dikatakan amalan tersebut ada haditsnya, pastikan bahwa hadits tersebut adalah sahih atau minimal hasan, bukan hadits yang lemah, apalagi palsu.

Kita hidup di dunia hanya sekali, jangan sampai di kesempatan yang tak terulang ini, kita melakukan amalan-amalan yang tidak jelas landasannya atau bahkan sama sekali tidak ada landasannya. Sehingga justru malah amalan tersebut ditolak alias tidak diterima oleh Allah ta’ala. Sebagaimana ditegaskan Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ“.

“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak”. HR. Muslim dari Aisyah.

Semoga kita tidak termasuk golongan tersebut, amien ya Rabbal ‘alamin…

أَلاَ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا -رَحِمَكُمُ اللهُ- عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْرِ, وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْرِ, كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ؛ فَقَالَ فِي مُحْكَمِ التَّنْـزِيْلِ: “إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً”.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب

رَبَّناَ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 17 Ramadhan 1431 / 27 Agustus 2010

 


[1] Lihat: Kitâb at-Tadzkirah bi Ahwâl al-Mautâ wa Umûr al-Âkhirah (II/703).

[2] Lihat: Al-Buhûr az-Zâkhirah fî ‘Ulûm al-Âkhirah karya as-Saffârîny (I/747).

[3] Lihat: Kitâb at-Tadzkirah (II/704).

[4] Lihat: At-Targhîb wa at-Tarhîb (III/1310 no. 5194).

[5] Cermati: Kitâb at-Tadzkirah (II/710-711), Syarh Shahih Muslim karya Imam an-Nawawy (III/130) dan Fath al-Bâry karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalâny (XI/468-469).

[6] Syarh Shahih Muslim (III/130).


Artikel asli: https://tunasilmu.com/alangkah-nikmatnya-mereguk-air-telaga-rasul-shallallahualaihiwasallam/